SISTEM INFORMASI MANAJEMEN

Kunjungan Walikota Gorontalo

Pemantauan aktivitas renovasi dan PTMT

Kunjungan Walikota Gorontalo

Pemantauan aktivitas renovasi dan PTMT

Kunjungan Walikota Gorontalo

Pemantauan aktivitas renovasi dan PTMT

Kunjungan Walikota Gorontalo

Pemantauan aktivitas renovasi dan PTMT

Kunjungan Walikota Gorontalo

Pemantauan aktivitas renovasi dan PTMT

Jumat, 27 Januari 2023

Pembelajaran Berdiferensiasi

 


Ingatlah satu persatu murid di kelas Anda. Bagaimanakah karakteristik setiap anak di kelas Anda? Tahukah Anda apa kekuatan mereka? Bagaimana gaya belajar mereka? Apa minat mereka? Siapakah yang memiliki keterampilan menghitung paling baik di kelas Anda? Siapakah yang sebaliknya? Siapakah yang paling menyukai kegiatan kelompok? Siapakah yang justru selalu menghindar saat bekerja kelompok? Siapakah yang level membacanya paling tinggi? Siapakah murid yang masih perlu dibantu untuk meningkatkan keterampilan memahami bacaan mereka? Siapakah yang paling senang menulis dan siapakah yang senang berbicara? Setiap harinya, tanpa disadari, guru dihadapkan pada keberagaman yang banyak sekali bentuknya, sehingga seringkali mereka harus melakukan banyak pekerjaan atau membuat keputusan dalam satu waktu. Misalnya, saat mengajar di kelas, seorang guru mungkin harus membantu satu muridnya yang kesulitan, namun di saat yang sama harus mengatur cara bagaimana agar saat ia membantu murid tersebut, kelasnya tetap dapat berlangsung dengan kondusif. Dalam kesehariannya, guru akan senantiasa melakukan hal ini, sehingga kemampuan untuk multitasking ini secara natural sebenarnya dimiliki oleh guru. Kemampuan ini banyak yang tidak disadari oleh para guru, karena begitu alaminya hal ini terjadi di kelas dan betapa terbiasanya guru menghadapi tantangan ini. Semua usaha tersebut tentunya dilakukan oleh guru dengan tujuan untuk memastikan setiap murid di kelasnya sukses dalam proses pembelajarannya.
Pembelajaran Berdiferensiasi adalah usaha guru untuk menyesuaikan proses pembelajaran di kelas untuk memenuhi kebutuhan belajar individu murid. Menurut Tomlinson (1999:14) dalam kelas yang mengimplementasikan pembelajaran berdiferensiasi, seorang guru melakukan upaya yang konsisten untuk merespon kebutuhan belajar murid. Melakukan pembelajaran berdiferensiasi bukanlah berarti bahwa guru harus mengajar dengan 32 cara yang berbeda untuk mengajar 32 orang murid. Bukan pula berarti bahwa guru harus memperbanyak jumlah soal untuk murid yang lebih cepat bekerja dibandingkan yang lain. Pembelajaran berdiferensiasi juga bukan berarti guru harus mengelompokkan yang pintar dengan yang pintar dan yang kurang dengan yang kurang. Bukan pula memberikan tugas yang berbeda untuk setiap anak. Pembelajaran berdiferensiasi bukanlah sebuah proses pembelajaran yang semrawut (chaotic), yang gurunya kemudian harus membuat beberapa perencanaan pembelajaran sekaligus, di mana guru harus berlari ke sana kemari untuk membantu si A, si B atau si C dalam waktu yang bersamaan. Bukan. Guru tentunya bukanlah malaikat bersayap atau Superman yang bisa ke sana kemari untuk berada di tempat yang berbeda-beda dalam satu waktu dan memecahkan semua permasalahan. Lalu seperti apa sebenarnya pembelajaran berdiferensiasi?

Sekarang, mari kita bayangkan ilustrasi kelas berikut ini.
Ibu Renjana adalah guru kelas 3 SD dengan jumlah murid sebanyak 32 orang. Saat ini ia sedang mengajarkan materi tentang perkalian. Saat diberikan tugas menyelesaikan soal-soal perkalian, di antara 32 murid di kelasnya tersebut, Bu Renjana melihat ada 3 murid yang selesai lebih dahulu. Karena dia tidak ingin ketiga anak ini tidak ada pekerjaan dan malah mengganggu murid lainnya, akhirnya ia memberikan lembar kerja tambahan untuk 3 anak tersebut. Jadi jika anak-anak lain mengerjakan 15 soal perkalian, maka untuk 3 anak tersebut, Bu Renjana memberikan 25 soal perkalian

Apakah strategi yang dilakukan oleh Ibu Renjana tepat? Jika ya, mengapa? Jika tidak, mengapa?




Profil Belajar Murid

Pembelajaran berdiferensiasi adalah serangkaian keputusan masuk akal (common sense) yang dibuat oleh guru yang berorientasi kepada kebutuhan murid. Keputusan-keputusan yang dibuat tersebut adalah yang terkait dengan:
1. Kurikulum yang memiliki tujuan pembelajaran yang didefinisikan secara jelas. Bukan hanya guru yang perlu jelas dengan tujuan pembelajaran, namun juga murid-muridnya.
2. Bagaimana guru menanggapi atau merespon kebutuhan belajar muridnya. Bagaimana guru akan menyesuaikan rencana pembelajaran untuk memenuhi kebutuhan belajar murid tersebut. Misalnya, apakah ia perlu menggunakan sumber yang berbeda, cara yang berbeda, dan penugasan serta penilaian yang berbeda.
3. Bagaimana guru menciptakan lingkungan belajar yang “mengundang’ murid untuk belajar dan bekerja keras untuk mencapai tujuan belajar yang tinggi. Bagaimana guru memastikan setiap murid di kelasnya tahu bahwa akan selalu ada dukungan untuk mereka di sepanjang proses belajar mereka.
4. Manajemen kelas yang efektif. Bagaimana guru menciptakan prosedur, rutinitas, metode yang memungkinkan adanya fleksibilitas, namun juga struktur yang jelas, sehingga walaupun murid melakukan kegiatan yang mungkin berbeda-beda, namun kelas tetap dapat berjalan secara efektif.
5. Penilaian berkelanjutan. Bagaimana guru menggunakan informasi yang didapatkan dari proses penilaian formatif yang telah dilakukan, untuk dapat menentukan murid mana yang masih ketinggalan, atau sebaliknya, murid mana yang sudah lebih dulu mencapai tujuan belajar yang ditetapkan, dan kemudian menyesuaikan rencana dan proses pembelajaran.

Keputusan Ibu Renjana memberikan soal yang sama kepada ketiga murid yang selesai lebih dahulu tidak dapat disebut sebagai pembelajaran berdiferensiasi. Pertama karena tambahan soal diberikan dengan tujuan agar ketiga anak tersebut tidak mengganggu temannya yang belum selesai. Kedua, ketiga murid tersebut kemungkinan membutuhkan tingkat kompleksitas yang lebih tinggi untuk memenuhi kebutuhan belajarnya. Pembelajaran berdiferensiasi haruslah berakar pada pemenuhan kebutuhan belajar murid dan bagaimana guru merespon kebutuhan belajar tersebut. Dengan demikian, Ibu Renjana perlu memperhatikan kebutuhan belajar murid-muridnya dengan lebih komprehensif, agar dapat merespon dengan lebih tepat terhadap kebutuhan belajar murid-muridnya tersebut.

Mengetahui Kebutuhan Belajar

Murid Tomlinson (2001) dalam bukunya yang berjudul How to Differentiate Instruction in Mixed Ability Classroom menyampaikan bahwa kita dapat melihat kebutuhan belajar murid, paling tidak berdasarkan 3 aspek.

Ketiga aspek tersebut adalah: 
3) Profil belajar murid

Sebagai guru, kita semua tentu tahu bahwa murid akan menunjukkan kinerja yang lebih baik jika tugas-tugas yang diberikan sesuai dengan keterampilan dan pemahaman yang mereka miliki sebelumnya (kesiapan belajar/ readiness), jika tugas-tugas tersebut memicu keingintahuan atau hasrat dalam diri seorang murid (minat), atau jika tugas itu memberikan kesempatan bagi mereka untuk bekerja dengan cara yang mereka sukai (profil belajar).

Pembelajaran Untuk Memenuhi Kebutuhan Belajar Semua Murid



 “Serupa seperti para pengukir yang memiliki pengetahuan mendalam tentang keadaan kayu, jenis-jenisnya, keindahan ukiran, dan cara-cara mengukirnya. Seperti itulah seorang guru seharusnya memiliki pengetahuan mendalam tentang seni mendidik, Bedanya, Guru mengukir manusia yang memiliki hidup lahir dan batin.” (Ki Hajar Dewantara)

Ki Hajar Dewantara telah menyampaikan bahwa maksud dari pendidikan adalah menuntun segala kekuatan kodrat yang ada pada anak-anak, agar mereka sebagai manusia maupun anggota masyarakat dapat mencapai keselamatan dan kebahagiaan yang setinggi-tingginya. Sebagai pendidik, kita tentu menyadari bahwa setiap anak adalah unik dan memiliki kodratnya masing-masing. Tugas kita sebagai guru adalah menyediakan lingkungan belajar yang memungkinkan setiap anak untuk dapat tumbuh dan berkembang secara maksimal sesuai dengan kodratnya masing-masing, dan memastikan bahwa dalam prosesnya, anak-anak tersebut merasa selamat dan bahagia. Setiap murid yang duduk di kelas kita adalah individu yang unik dan ini seharusnya menjadi dasar dari praktik-praktik pembelajaran yang kita lakukan di kelas dan di sekolah, serta menjadi kerangka acuan saat mengevaluasi praktik-praktik pembelajaran kita.

Dengan meyakini bahwa setiap anak adalah unik, maka sebagai pendidik, kita semua juga tentu harus membuka mata terhadap adanya keberagaman murid-murid di kelas kita. Saat berbicara tentang keberagaman murid, maka tentu saja cakupannya sangat luas. Keberagaman murid mungkin dapat berupa:

- murid-murid kita yang berasal dari keluarga kurang mampu yang tidak dapat mengakses teknologi dari rumah sehingga tidak bisa berpartisipasi dalam pembelajaran daring;

- murid-murid yang memiliki kesulitan memahami bahasa yang digunakan di kelas, karena ia murid yang baru pindah dari daerah lain;

- murid-murid yang bosan karena ia sebenarnya telah menguasai keterampilan yang diajarkan, sehingga pembelajaran tidak menantang lagi untuknya;

- murid-murid yang saat ini sedang berjuang keras untuk mencoba memahami apa yang diajarkan, namun karena adanya kesenjangan yang terlalu jauh antara apa yang ia mampu lakukan dengan apa yang sedang dipelajari, akhirnya ia tidak bisa membuat koneksi;

- murid kita yang hasil-hasil kerjanya tampak baik, namun di sisi lain memiliki masalah sosial emosional;

- murid kita yang memiliki minat yang besar terhadap bidang tertentu;

- murid-murid kita yang memiliki kesulitan-kesulitan dalam belajar;

- Dan sebagainya.

Melihat betapa luas keberagaman murid-murid kita, maka sebagai guru, kita perlu berpikir bagaimana caranya kita dapat menyediakan layanan pendidikan yang memungkinkan semua murid mempunyai kesempatan dan pilihan untuk mengakses apa yang kita ajarkan secara efektif sesuai dengan kebutuhan mereka.

Sebagai pendidik, dengan meyakini bahwa tugas kita adalah melayani murid-murid dengan segala keberagaman tersebut serta menyediakan lingkungan dan pengalaman belajar terbaik bagi mereka, maka berarti kita juga harus meyakini bahwa:

1. semua murid kita bisa berhasil dan sukses dalam pembelajarannya.

2. fairness is not sameness. Bahwa bersikap adil itu bukan berarti menyamaratakan perlakuan kepada semua murid.

3. setiap murid memiliki pola belajarnya sendiri yang unik.

4. praktik-praktik pembelajaran perlu ditelaah efektifitasnya lewat bukti-bukti yang diambil dari pengalaman demi pengalaman.

5. guru adalah kunci dari keberhasilan pengembangan program pembelajaran murid-murid di kelasnya. 6. guru membutuhkan dukungan dari komunitas yang lebih besar untuk menciptakan lingkungan belajar yang mendukung semua siswa.

Fakta bahwa murid-murid kita memiliki karakteristik yang beragam, dengan keunikan, kekuatan dan kebutuhan belajar yang berbeda, tentunya perlu direspon dengan tepat. Jika tidak, maka tentunya akan terjadi kesenjangan belajar (learning gap), dimana pencapaian yang ditunjukkan murid tidak sesuai dengan potensi pencapaian yang seharusnya dapat ditunjukkan oleh murid tersebut. Salah satu cara yang dapat kita lakukan untuk merespon karakteristik murid-murid yang beragam ini adalah dengan mengimplementasikan pembelajaran berdiferensiasi.

Apa itu pembelajaran berdiferensiasi?

Kaitan dengan Standar Pendidikan Nasional

Di dalam Standar Kompetensi Lulusan dijelaskan mengenai kualifikasi kemampuan lulusan yang mencakup sikap, pengetahuan, dan keterampilan yang harus dikuasai oleh peserta didik setelah menyelesaikan masa belajarnya di jenjang pendidikan tertentu. Kompetensi lulusan ini merupakan profil dari kualifikasi lulusan yang diharapkan terwujud dalam diri peserta didik dan merupakan ejawantah dari apa yang diharapkan dalam tujuan pendidikan nasional. Untuk dapat mewujudkan profil kualifikasi lulusan seperti yang dijabarkan dalam Standar Kompetensi Lulusan tersebut, maka diperlukan suatu upaya untuk mengembangkan potensi peserta didik dengan semaksimal mungkin. Pembelajaran berdiferensiasi akan memungkinkan guru memaksimalkan potensi peserta didik dengan meminimalisir kesenjangan belajar (learning gap) melalui proses identifikasi kebutuhan belajar murid yang tepat. Lewat pembelajaran berdiferensiasi, tidak hanya murid berkembang potensinya secara maksimal, namun proses pembelajaran juga akan lebih memberikan banyak ruang bagi murid untuk membuat dan menentukan pilihan dan memberikan suara, sehingga proses belajar akan menjadi lebih menyenangkan